The Power Of Love

"Bukankah para pemuka agama, para ulama mencita-citakan anaknya untuk menjadi pendakwah sebagaimana mereka?" Pertanyaan Rahmat kepada abahnya merupakan seorang kiai di desanya. "Tidak semua ulama, kiai menginginkan anaknya harus mengikuti jejak mereka, silakan sekolah setinggi mungkin, jadilah sebagaimana yang kau mimpikan. Tapi ingat tugas kita adalah berdakwah. Rahmat seorang jurnalis, jadikan kemampuan jurnalis Rahmat sebagai sarana dakwah. Tulislah segala hal yang bermanfaat, tulislah berita-berita yang benar, berita-berita yang memang harus dipublikasikan. Itu dakwah. Dan Abah sangat senang" Jawab Abah pada Rahmat.

Diceritakan Rahmat adalah salah seorang lulusan terbaik di University Harvard, Amerika. Rahmat adalah seorang anak kecil yang dulunya (berumur 11 tahun) pernah menyalakan kembang api (mercon) di dalam masjid, sehingga menimbulkan kepanikan para warga desa dan masjid tersebut terbakar. Selain itu, diumur 16 tahun Rahmat melakukan kesalahan sehingga mengakibatkan meninggalnya kedua anak dari Abahnya yakni adik kandungnya sendiri.

Dikarenakan keusilan Rahmat di masa kecil, mengharuskan Abah untuk mengirimnya ke pesantren. Di pesantren Rahmat sangat merasa sendiri, merasa terpenjara, merasa tidak dibutuhkan lagi dalam keluarga. Padahal Abah berniat lain, sedang Rahmat hanya mampu berprasangka tak baik. 

Di akhir cerita Rahmat sadar akan kesalahannya, ia kembali melaksanakan shalat berjama'ah setelah kian lama pendidikan Universitas Harvard membutakannya. Rahmat shalat berjama'ah di samping Abah dengan guyuran hujan lebat di dekat monas. Di akhir shalat, setelah sujud terakhir, Abah terbaring lemah di depan Rahmat. Innalillahi wa Alhamdulillahi Abah hanya kelelahan karena sebelumnya Abah telah melakukan long march sejauh 300km selama 3 hari 2 malam. 

Berikut di atas merupakan sedikit kutipan film "212: The Power Of Love" yang baru saja tayang hari ini 9 Mei 2018 dengan hastag #PutihkanBioskop. Tentunya banyak pesan kesan juga hikmah dari film tersebut, diantaranya tentang ukhuwah, hakikat ilmu dan kekuatan cinta.

Kekuatan cinta. Seakan kekuatan yang entah darimana datangnya. Kekuatan yang mampu menjadikan hal mustahil menjadi bisa. Kekuatan yang dapat menghilangkan keputus asaan. Kekuatan yang bisa merubah orang lemah menjadi sangat kuat, orang tak berpunya menjadi orang paling bahagia. 

Alangkah indahnya jika kita bijak dalam mengusai kekuatan cinta pada Sang Pencipta. Kekuatan yang hadir atas dasar semangat menegakkan perintah-Nya. Semangat menyeru, semangat berdakwah bersama para pejuang-pejuang-Nya. Bersama saling mengingatkan, bersama saling menyampaikan jalan-jalan kebaikan. Hadirnya kita di dunia untuk beribadah, untuk menjadi khalifah. Mari kembali rapatkan shaf berjama'ah, bersama-sama dengan dakwah kita melangkah menuju jannah, karena itulah hakikatnya ukhuwah. Saat bersama karena Allah dan saat berpisahpun juga karena Allah. Bukankah itu indah.

The Power Of Love juga menceritakan tentang pentingnya memahami keilmuan. Silakan kawan-kawan pelajari segala ilmu, ilmu apapun. Tapi ingatlah, hakikat ilmu itu yang mampu meningkatkan keimanan. Hakikat ilmu itu yang jika kita mendapatkannya, kita semakin takut untuk jauh dari Allah. Yang jika kita mempelajari ilmu tersebut semakin kuat cinta kita kepada Allah. Barakallahu Allah

Khamis, 23 Sya'ban 1439H
Akhmad Riyadi
#mudahebatbermanfaat
#fkiashshirath
#comfortableandcreative

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebongkah Hati Milik Rere

What is your name?