Postingan

Don’t Give up

Dulu kita memiliki tujuan yang sama.. Ingin mendapat teman baru, ingin memperbaiki diri, ingin belajar ilmu agama, dll.  Membayangkan kedepan akan banyak kegiatan yang menyenangkan, yang asik, sesuai imajinasi masing-masing anggota baru saat itu, tapi terkadang imajinasi tak sesuai realita. Semuanya tetap asik, tetap membawa manfaat yang baik, tetap mengenal banyak teman baru tapi yang membedakan adalah suasananya, feelnya. Ketika sudah seperti itu maka sebagian dari mereka akan mundur selangkah dari titik awal mereka berdiri. Kenapa? Karena berbeda dengan imajinasi mereka, berbeda dengan keinginan mereka. Tapi tak sedikit juga orang yang tetap positif thinking dengan realita yang ada, mereka pasti berfikirnya, mungkin ini jalan yang di takdirkan oleh Allah atau mungkin ini jalan terbaik yang dipilihkan oleh Allah, so.. jalani saja, hadapi saja, nikmati saja, sampai kita merasa nyaman berada di lingkungan ini. Lingkungan yang mendukung dirinya untuk menjadi orang yang lebi

What is your name?

My name is Siti Khadijah. My nick name is Ijah, not Khad or Bleki. Before, I felt shy to called Ijah. You know? Ijah is a servant's name on the shoap - opera tv show. *** "Eh, eh, aku nemuin artikel keren nih," ucap Aniqah heboh. Ditepuknya bahu teman-teman satu-persatu, hingga mereka yang ditepuk bahunya menoleh sebentar dan menatap dengan tatapan bingung.   Ada Khadijah yang melepaskan earphone -nya, ada Pia yang menekan tombol pause untuk game -nya, ada Aisha yang meletakkan majalah dengan artikel tips buat diet .   "Coba lihat, headline artikelnya: Beberapa nama yang sering dijadikan nama pembantu dalam sinetron atau film," Aniqah meletakkan smartphone -nya ke atas meja Khadijah. Mereka masing-masing menjulurkan kepala, menengok lebih jauh. Hanya Pia yang melihat sekilas, lalu melanjutkan game -nya lagi.   Aniqah tersenyum senang, sebab mendapatkan respon. Dibacanya keras-keras. "Pertama Ijah! Kedua Inem! Ketiga Iyem! Keempat Inah!

Sebongkah Hati Milik Rere

Kamu, tahu? Allah adil dengan segala ketidak-adilan-Nya yang kurasakan. Mungkin, hatiku terlalu buta dengan segala luka. *** Aku melihat sosok itu dalam gelap, tubuhnya sedikit terseok-seok berjalan. Tak tentu arah. Dengan pasti, aku mendekatinya yang ternyata sudah kalap dalam tangisnya. "Jangan dekat-dekat!" Teriaknya marah. Matanya membesar, menatapku penuh kebencian. "Rere?" Aku mengenalinya, sebagai seseorang yang suka bergaul dengan siapa saja . Tentu aku mengenalnya, cewek populer di sekolah. Bukan sebagai teman, bukan sebagai kenalan. Sekedar tahu, bahwa ia satu sekolah denganku. Anak IPS yang benar-benar hebat berargumen, murid kesayangan Pak Nurdin guru Bahasa Indonesia kami. Rere dikenal sebagai siswi pintar, kaya, dan cantik. Ia pernah satu kali mengharumkan nama sekolah kami dengan lomba debat yang ia menangkan, dua kali membawa piala-piala besar dari dinas pendidikan sebab ia juara satu olimpiade ekonomi tingkat provinsi . Prestasi